Bocah Imut Mengalami Gangguan Jiwa Akibat Belajar Yang Berlebihan. Pekanbaru, Riau24.com – Seorang anak berumur enam tahun menderita gangguan jiwa akibat obsesi dari sang ibu. Kisah itu kini menjadi viral di media sosial setelah seorang pengguna Facebook, Andi Teposs membagikan pengalamannya saat berkunjung ke rumah sakit. Postingan Andi membuat banyak netizen terharu dan kisah gadis kecil tersebut pun sudah dibagikan ratusan kali.
Baca Juga :
Jangan Pernah Berjanji Pada Anak Bila Tak Mampu Menepatinya
Bagaimana tidak, sang anak menderita gangguan jiwa alias gila akibat ibunya yang terlalu obsesi menjadikan anaknya sebagai orang yang jenius. Segala macam les diberikan ke si anak, mulai dari les matematika yang mengharuskan si anak menyelesaikan semua soal satu buku dalam waktu sepuluh menit, les bahasa Inggris, bahasa Arab dan les lainnya. Semoga kisah yang dibagikan oleh Riau24.com ini bisa jadi pelajaran berharga untuk yang punya cucu atau anak.
Berikut kisah :
Bocah Imut Mengalami Gangguan Jiwa Akibat Belajar Yang Berlebihan
Hari ini saya berkunjung ke sebuah rumah sakit, membezuk anak teman saya yang sedang sakit. Teman saya ini seorang wanita karir lulusan S2 dari sebuah universitas ternama. Anaknya adalah seorang anak perempuan yang cantik, umurnya baru 6 tahunan. tak lupa saya membawakan sebuah boneka sebagai buah tangan…
Waktu saya datang dia langsung mengenali saya sbg teman mamanya ..
“Bu Siti ya?”, tanya si gadis kecil
“Iya” jawab saya, agak terharu karena dia mengenali saya
” Ayoo.. Bu Siti.. 42: 6 berapa?”
” Kalau do’a masuk kamar mandi?”
Kemudian dia menirukan gaya mengajar bu gurunya di kelas. Ada senam bersama, lalu dia menirukan gerakan senam versi dia, kemudian menyanyikan lagu 5 x 5 =25, setelah itu dia melafalkan doa sebelum makan.
“Bu Siti ..ayo..buat kalimat.. saya pergi ke sekolah setelah itu pulangnya ke mall, bisa?”
Lucu?? Pintar?? Cerdas??
Mungkin itu juga yang ada di benak teman- teman saat mengikuti celoteh anak perempuan teman saya itu.
Namun selama saya hadir disitu sang bunda terus menerus menyeka air matanya. Saya turut prihatin dg penyakit yg sedang diderita oleh anaknya… Penyakit apakah itu? Yang pasti bukan sembarang penyakit seperti anak anak biasa, bukan demam, bukan batuk, dan bukan pilek.
Jangan terkejut teman teman… karena saya berkunjung bukan di rumah sakit biasa, saya sedang berada di Rumah Sakit Jiwa…
Ya… sebuah Rumah Sakit Jiwa di kawasan Jakarta Timur.
-Apa yg sebenarnya terjadi??
Minggu2 terakhir ini sang anak sangat suka menangis. Kalau ditanya apa saja…jawabnya sering ngelantur, “7” “24 : 6 = 4…””how are you” , dan jawaban lain seperti huruf hijaiyah, kemudian menirukan gaya gurunya mengajar.
Menurut psikolog , anak ini terlalu di forsir..dia mengikuti les matematika & k**** yang target tugasnya 1 buku harus selesai 10 menit, kemudian les bahasa inggris, terus PR sekolah, les mengaji dan lain-lain shg mengakibatkan anak terlalu jenuh.
Si anak hanya mau bercerita sama psikolognya,tetapi kalau ditanya oleh orang lain jawabannya angka-angka, bahasa inggris atau pelajaran mengaji.. “apa ini? huruf….hijaiyyah..”
jadi dia menirukan gaya gurunya..dan jika bertemu orang yang memakai baju guru dia langsung tertekan.
Yang lebih mengharukan lagi, saat melihat sang bunda menangis, si anak cuma bilang..”bunda jangan nangis..aku kan pinter..tapi aku ga mau tidur sama bunda yaa..aku maunya sama dokter ganteng/cantik aja..”
Dia memang tinggal di kamar VIP… jadi memang ada dokter yg menemani sehari-hari…
Dan ternyata ada 5 anak kecil yg masuk rumah sakit jiwa itu.. tapi dia yg paling kecil…sisanya umur 12 tahunan.. karena broken home..
Hanya dia sendiri yang mengalami gangguan akibat terlalu banyak tekanan belajar..
Sungguh kasihan…
Pelajaran berharga untuk para orang tua agar tetap memperhatikan tahapan perkembangan anak, usia TK adalah usia bermain, belajarpun harus melalui permainan dan jangan korbankan anak-anak kita karena AMBISI kita sbg orangtua.
Biarkan mereka bermain dan berikanlah kenangan masa kecil yang terindah untuk mereka….
Ayah bunda… renungkanlah… menyekolahkan anak bukan karena ingin dipuji orang
“Oh, anaknya sekolah di sekolah favorit”, tapi haruslah selalu bertanya pada anak “Seneng nggak sekolah di situ, nyaman nggak teman2 dan gurunya?”
Karena yang sekolah adalah anak, bukan kita.
Kebenaran cerita tersebut memang belum bisa dipastikan, namun postingan tentang gadis kecil yang menderita kelainan jiwa akibat belajar yang terlalu diporsir mendapat banyak komentar. Kebanyakan dari netizen simpati dengan si gadis kecil, dan berharap agar tidak ada lagi orang tua yang memaksa anaknya untuk jadi orang yang terlalu pintar dengan mengorbankan tumbuh kembang sang anak.
sumber : Riau24.com